Diri
Dalam Diri
Oleh
: suriyadi
Alam dizahirkan dalam kefanaan
Wujud mazasi keberadaan sang khalik
Tanda hidup tanda kuasa
Mencari tak mau diam diri
Selubungi tiap urat darah
Dalam daging
Ada apa diri ?
Apa yang kau cari ?
Siapa Aku ?
Siapa Kau ?
Diri diam sediam diamnya
bercermin diri pula
Tak sepatah kalam dalam Ilmu-Nya
terbungkam terpana
Ini rahasia
Hanya Aku dan Kau
Diri dalam diri-Nya
Tamban, 19 desember 2011
\
Di
Perantauan
Oleh
: suriyadi
Kemana pun berjalan
Di Langit di Bumi di darat di laut
Semua milik-Nya
Tak satu pun punya kita
Bahkan sehelai bulu ari
Kita tak punya
Kita sekarang di rantau orang
Dimana bumi di injak
Disitu langit di junjung
Hanya satu harapan dan tujuan
Menuju ridha- Nya
Patah
Oleh : suriyadi
Tanda di
tampakkan pada insan
Bagi diri
menata alam
Modal
fikir di salurkan buat tatanan
Sungguh
insan dilanda cinta keduniaan
Terang pun
dibuat kelam
Anak
enggan bersimpuh pada yang melahirkan
Ibu hilang
kesadaran kasih sayang
Ayah tak
hiraukan pangan
Pejabat
tak lagi merakyat
Rakyat
ingin menjerat
Patah
sudah di dapat
Sulit tuk
merapat
Dalam satu
ikat
Tamat
Di Ujung Malam
Oleh : Suriyadi
Saat imbiasul qalbi terjaga
Khatar pun tergerak
Lirih tak terdengar
Bahkan hewan tercengang
Tiupan angin hamper lenakan jasad
Bisikan makin dekat
Dekat sedekatnya tak terdinding
Goda tak bergeming
Oh, bangkit ambil tempat diperairan
Tuangkan kesejukannya malam ini
Lumpuhkan musuh dalam darah
Dan daging
Kepakkan mahabah pada-Nya
Sebelum sujud terakhirmu
Sujudlah di ujung malam ini
Tamban , 22
des. 2011
Lautan Asmara
Oleh : Suriyadi
Bagai air diujung paruh burung
Nyaris dan hamper tumpah pula
Itu jua di cinta mata insani
Se isi jagat bertarung bak pertempuran
Dahsyat rebutkan air itu
Pukul serang terjangan
Saling mematahkan
Saat fajar tersenyum
Hiruk pikuk lagi terdengar
Buka mata buka telinga buka mulut
Namun hati tertutup
Cukup lupakan semua
Sang perayu menggoda ajaknya
Sama celaka
Jika ada jua hidayah-Nya
Ketahuilah pilih lautan asmara
Hanya pada-Nya
Tamban, 22
des. 2011
Fatamorgana
Oleh :
suriyadi
Atur diri
detik ini
Bekal buat
esok pagi
Saat
sejengkal sinar
Luruhkan
lautan peluh
Atur diri
detik ini
Tempat
istirahat sang musafir kelana
Lelah
badan sepanjang perantauan
Di negeri orang
Atur diri
detik ini
Saat
tapamu telah berakhir
Aghyar mu
tumbuh pula
Pada semesta
Atur diri
detik ini
Jalan
mulai tak seimbang
Kadang
kiri kadang kanan
Tanda
tempuh makin dekat
Lihat
pasir bak laut pula
Atur diri
detik ini
Mungkin
belum terlambat
Taubat,
fikir dan zikir
Agar jalan
sampai tujuan
Walau
fatamorgana menghadang
Tamban 22 desember 2011
Senja
Oleh :
Suriyadi
Mata
berkaca
Bening
makin tak bertenaga
Meraba
dunia
Makin tak
bersahabat
Tinggalkan
sinar dengan manja
Cahaya
meredup pula
Puluhan ratusan bahkan ribuan tahun
lewat jua
Uban menggeliat makin merangkak
Jangan kau lucuti ubanmu
Tanda tak menerima
Cahaya mulai menyelinap
Nyaris tak terlihat
Beradu di batasnya
Harap
harap cemas menanti
Inginkan
ia kembali muda
Tegak
laksana perjaka
Maaf waktu
terus berlari kencang
Tak peduli
macam halang
Bahkan
sedetik tak boleh singgah
Buat
istirahat sejenak lepaskan penat
Mata
mulai terkatup
Perlahan
namun tak seperti ngantuk
Ia
ingin tidur, ah, tapi bukan
Hamper
lupa
Usiaku
memang senja
Pun
dunia
Tamban 22 desember 2011
mohon komentar anda tentang puisi saya
BalasHapusMantap...teruskan pa waktu terus berkalan,sebelum waktu yang menyetop kita.
BalasHapuskeren puisinya
BalasHapusumur berkurang usia bertambah mg kita bisa mengisinya dengan kebaikan disetiap detiknya
BalasHapusPuisi yg menyentuh
BalasHapusMg banyak lg karyanya
Puisinya sangat kaya akan makna,dan sangat cocok sebagai referensi bagi saya terutama sabagai pelajar
BalasHapus