Kamis, 16 Januari 2014

Guru

PEMAHAMAN MASYARAKAT BANJAR TENTANG GURU 
A.         Pendahuluan
Sebelum kita berbicara tentang pemahaman masyarakat Banjar tentang Guru,  kedudukan dan peranan guru, alangkah baiknya kita mengetahui terlebih dahulu pengertian dari istilah “guru”, agar kita memiliki persepsi yang sama tentang batasan  istilah “guru” tersebut.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonsesia, istilah guru adalah “orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar.” (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2013: 469). 
Sedangkan menurut A. Malik Fajar, guru merupakan sosok yang mengemban tugas mengajar, mendidik dan membimbing. (A. Malik Fadjar, 1998). Jika ketiga sifat tersebut tidak melekat pada seorang guru, maka ia tidak dapat dipandang sebagai guru.
Menurut Henry Adam, seperti yang dikutip A. Malik Fadjar, bahwa “guru itu berdampak abadi, ia tidak pernah tahu, dimana pengaruhnya itu berhenti” (A teacher effects eternity, he can never tell where his influence stops). (A. Malik Fadjar, 1998).
Menurut Moh. Uzer Usman, guru adalah jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Pekerjaan ini bisa dilakukan oleh orang yang tidak memiliki keahlian untuk melakukan kegiatan atau pekerjaan sebagai guru. Untuk menjadi guru diperlukan syarat-syarat tertentu, apalagi sebagai guru yang profesional yang harus menguasai betul seluk-beluk pendidikan dan pengajaran dengan berbagai ilmu pengetahuan lainnya yang perlu dibina dan dikembangkan melalui masa pendidikan tertentu atau pendidikan pra-jabatan.( Usman, Moh. Uzer, 1998)
Sedangkan menurut Undang-undang RI Nomer 14 tahun 2005, bab I, pasal 1, ayat, 1 disebutkan, bahwa yang dimaksud dengan guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. (UU nomer 14 tahun 2005)
Dari pengertian di atas maka seorang guru, bisa juga dikatakan sebagai :
1.    Seorang Pendidik
2.    Seorang Pengajar
3.    Seorang Pembimbing
4.    Seorang Pengarah
5.    Seorang Pelatih
6.    Seorang Penilai dan
7.    Seorang Pengevaluasi (evaluator) bagi peserta didik.
Atau bisa dikatakan juga bahwa guru adalah sebagai ‘’Subyek’’ (Pelaku pendidikan),  sedangkan Peserta didik adalah sebagai ‘’Obyek’’ (Sasaran pendidikan).  
B.       Kedudukan guru
Dalam ilmu Sosiologi kita biasa menemukan dua istilah yang akan selalu berkaitan, yakni  ‘’status’’ (merupakan sebuah peringkat, kedudukan atau posisi seseorang dalam suatu kelompok, atau posisi suatu kelompok dalam hubungannya dengan kelompok lain) dan ‘’peran sosial’’ (merupakan sebuah perilaku yang diharapkan dari seseorang yang memiliki suatu status tertentu tersebut) di dalam masyarakat.
Status sebagai guru, atau kedudukan sebagai guru dapat dipandang sebagai yang tinggi atau rendah, tergantung di mana ia berada. Sedangkan perannya yang berkedudukan sebagai pendidik seharusnya menunjukkan kelakuan yang layak sesuai harapan masyarakat, dan guru diharapkan berperan sebagai teladan dan rujukan dalam masyarakat dan khususnya anak didik yang dia ajar. Guru tidak hanya memiliki satu peran saja, ia bisa berperan sebagai orang yang dewasa, sebagai seorang pengajar dan sebagai seorang pendidik, sebagai pemberi contoh dan sebagainya.             
C.   Peranan Guru di Sekolah
Peranan guru terhadap murid-muridnya merupakan peran vital dari sekian banyak peran yang harus ia jalani. Hal ini dikarenakan komunitas utama yang menjadi wilayah tugas guru adalah di dalam kelas untuk memberikan keteladanan, pengalaman serta ilmu pengetahuan kepada mereka. Begitupun peranan guru atas murid-muridnya tadi bisa dibagi menjadi dua jenis menurut situasi interaksi sosial yang mereka hadapi, yakni : (1). Situasi formal dalam proses belajar mengajar di kelas dan, (2). Situasi informal di luar kelas.
Dalam situasi formal, seorang guru harus bisa menempatkan dirinya sebagai seorang yang mempunyai kewibawaan dan otoritas tinggi, guru harus bisa menguasai kelas dan bisa mengontrol anak didiknya. Hal ini sangat perlu guna menunjang keberhasilan dari tugas-tugas guru yang bersangkutan yakni mengajar dan mendidik murid-muridnya. Hal-hal yang bersifat pemaksaan pun kadang perlu digunakan demi tujuan di atas. Misalkan pada saat guru menyampaikan materi belajar padahal waktu ujian sangat mendesak, pada saat bersamaan ada seorang murid ramai sendiri sehingga menganggu suasana belajar mengajar di kelas, maka guru yang bersangkutan memaksa anak tadi untuk diam sejenak sampai pelajaran selesai dengan cara-cara tertentu.
Tentunya hal di atas juga harus disertai dengan adanya keteladanan dan kewibawaan yang tinggi pada seorang guru. Keteladanan sangatlah penting. Hal ini sejalan dengan teori “Mekanisme Belajar” yang disampaikan David O Sears (1985) bahwa ada tiga mekanisme umum yang terjadi dalam proses belajar anak.
Pertama : Asosiasi atau classical conditioning ini berdasarkan dari percobaan yang dilakukan Pavlov pada seekor anjing. Anjing tersebut belajar mengeluarkan air liur pada saat bel berbunyi karena sebelumnya disajikan daging setiap saat terdengar bel. Setelah beberapa saat, anjing itu akan mengeluarkan air liur bila terdengar bunyi bel meskipun tidak disajikan daging, karena anjing tadi mengasosiasikan bel dengan daging. Kita juga belajar berperilaku dengan asosiasi. Misalnya, kata “Nazi” biasanya diasosiasikan dengan kejahatan yang mengerikan. Kita belajar bahwa Nazi adalah jahat karena kita telah belajar mengasosiasikannya dengan hal yang mengerikan.
Kedua :  Reinforcement, orang belajar menampilkan perilaku tertentu karena perilaku itu disertai dengan sesuatu yang menyenangkan dan dapat memuaskan kebutuhan (atau mereka belajar menghindari perilaku yang disertai akibat-akibat yang tidak menyenangkan). Seorang anak mungkin belajar membalas penghinaan yang diterimanya di sekolah dengan mengajak berkelahi si pengejek karena ayahnya selalu memberikan pujian bila dia membela hak-haknya. Seorang mahasiswa juga mungkin belajar untuk tidak menentang sang professor di kelas karena setiap kali dia melakukan hal itu, sang professor selalu mengerutkan dahi, tampak marah dan membentaknya kembali.
Ketiga : Imitasi. Seringkali orang mempelajari sikap dan perilaku sosial dengan meniru sikap dan perilaku yang menjadi model. Seorang anak kecil dapat belajar bagaimana menyalakan perapian dengan meniru bagaimana ibunya melakukan hal itu. Anak-anak remaja mungkin menentukan sikap politik mereka dengan meniru pembicaraan orang tua mereka selama kampanye pemilihan umum. Imitasi ini bisa terjadi tanpa adanya reinforcement eksternal dan hanya melalui observasi biasa terhadap model.
Di antara ketiga macam mekanisme belajar di atas, imitasi adalah mekanisme yang paling kuat. Dalam banyak hal anak-anak cenderung meniru perilaku orang dewasa dan selain orang tua si anak, guru di sekolah merupakan orang dewasa terdekat kedua bagi mereka. Bahkan di zaman sekarang ini banyak terjadi kasus anak lebih mempunyai kepercayaan terhadap guru dibanding pada orang tua mereka sendiri. Maka dari itulah seorang guru harus bisa menunjukkan sikap dan keteladanan yang baik di hadapan murid-muridnya, biar dikemudian hari tidak akan ada istilah ‘guru kencing berdiri, murid kencing berlari’.
Selain keteladanan, kewibawaan juga perlu. Dengan kewibawaan guru menegakkan disiplin demi kelancaran dan ketertiban proses belajar mengajar. Dalam pendidikan, kewibawaan merupakan syarat mutlak mendidik dan membimbing anak dalam perkembangannya ke arah tujuan pendidikan. Bimbingan atau pendidikan hanya mungkin bila ada kepatuhan dari pihak anak dan kepatuhan diperoleh bila pendidik mempunyai kewibawaan.
Kewibawaan dan kepatuhan merupakan dua hal yang komplementer untuk menjamin adanya disiplin (S. Nasution, 1995).


 Mujtahid (2010) mengemukakan bahwa guru berperan sebagai perancang, penggerak, evaluator, dan motivator dideskripsikan seperti berikut ini :
1.      Guru sebagai Perancang
Guru sebagai perangcang yaitu menyusun kegiatan akademik atau kurikulum dan pembelajaran, menyusun kegiatan kesiswaan, menyusun kebutuhan sarana prasarana dan mengestimasi sumber-sumber pembiayaan operasional sekolah, serta menjalin hubungan dengan orangtua, masyarakat, pemangku kepentingan dan instansi terkait.
Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan dan identifikasi bagi para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa dan disiplin. Berkenaan dengan wibawa; guru harus memiliki kelebihan dalam merealisasikan nilai spiritual, emosional, moral, sosial, intelektual dalam pribadinya, serta memiliki kelebihan dan pemahaman ilmu pengetahuan, teknologi dan seni sesuai dengan bidang yang dikembangkan. Sedangkan disiplin dimaksudkan bahwa guru harus mematuhi berbagai peraturan dan tata tertib secara konsisten, atas kesadaran profesional karena mereka bertugas unutk mendisiplinkan peserta didik didalam sekolah, terutama dalam pembelajaran. Oleh karena itu menanamkan disiplin guru harus memulai dari dirinya sendiri, dalam berbagai tindakan dan perilakunya.
3.      Guru sebagai penggerak
Guru dikatakan sebagai penggerak, yaitu mobilisator yang mendorong dan menggerakkan system organisasi sekolah. Untuk melaksanakan fungsi – fungsi tersebut, seorang guru harus memiliiki kemampuan intelektual, misalnya mempunyai jiwa visioner, creator, peneliti, jiwa rasional, dan jiwa untuk maju. Kepribadian seperti luwes, wibawa, adil dan bijaksana juga jujur.
Untuk mendorong dan menggerakkan system sekolah yang maju memang membutuhkan kemampuan brilian tersebut guna mengefektifkan kinerja sumber daya manusia secara maksimal dan berkelanjutan. Sebab itu pola ini dapat terbangun secara kolektif dan dilaksanakan dengan sungguh oleh guru, maka akan muncul perubahan besar dalam system manajemen sekolah yang efektif. Melalui cita – cita dan visi benar inilah guru sebagai agen penggerak diharapkan mempunyai rasa tanggungjawab, rasa memiliki, serta rasa ingin memajukan lembaga sekolahnya sebagai tenda besar mendedikasikan hidup mereka.
4.      Guru sebagai Evaluator
Guru menjalankan fungsi sebagai evaluator, yaitu melakukan evaluasi/penilaian terhadap aktivitas yang telah dikerjakan dalam system sekolah. Peran ini penting, karena guru sebagai pelaku utama dalam menentukan pilihan serta kebijakan yang relevan demi kebaikan system yang ada di sekolah, baik menyangkut kurikulum, pengajaran, sarana – prasarana, sasaran dan tujuan. Evaluasi atau penilaian merupakan aspek pembelajaran yang paling kompleks, karena melibatkan banyak latar belakang dan hubungan, serta variabel yang mempunyai arti apabila berhubungan dengan konteks yang hampir tidak mungkin dapat dipisahkan dengan setiap segi penilaian. Sebagai suatu proses, penilaian dilaksanakan dengan prinsip-prinsip dan dengan teknik yang sesuai, mungkin tes ataupun non tes. Teknik apapun yang dipilih, penilaian harus dilakukan dengan prosedur yang jelas, yang meliputi 3 tahap yaitu persiapan, pelaksanaan dan tindak lanjut. Selain menilai peserta didik, guru harus pula menilai dirinya sendiri baik sebagai perencana maupun penilai program pembelajaran. Oleh karena itu ia harus memiliki pengetahuan yang memadai tentang penilaian program sebagai mana memahami penilaian hasil belajar.
5.      Guru sebagai Motivator
Dalam proses pembelajaran, motivasi merupakan penentu keberhasilan. Seorang guru memerankan diri sebagai motivator murid – muridnya. Guru sebagai motivator artinya guru sebagai pendorong siswa dalam rangka meningkatkan kegairahan dan pengembangan kegiatan belajar siswa. Sering terjadi siswa yang kurang berprestasi, hal ini bukan disebabkan karena memiliki kemampuan yang rendah, akan tetapi disebabkan tidak adanya motivasi belajar dari siswa sehingga ia tidak berusaha untuk mengerahkan segala kemampuannya. Dalam hal seperti ini guru sebagai motivator harus dapat mengetahui motif – motif yang menyebabkan daya belajar siswa yang rendah yang dapat menyebabkan menurunnya prestasi belajarnya. Guru harus merangsang dan memberikan dorongan serta reinforcement untuk membangkitkan kembali gairah dan semangat belajar siswa. Proses pembelajaran akan lebih berhasil jika siswa memiliki motivasi dalam belajar, maka guru dituntut kreatif membangkitkan motivasi belajar siswa. Beberapa upaya guru dalam memberikan motivasi belajar, yaitu sebagai berikut :
  • Memperjelas tujuan yang ingin dicapai.
Tujuan yang jelas dapat membuat siswa paham ke arah mana ia ingin dibawa. Pemahaman siswa tentang tujuan pembelajaran dapat menumbuhkan minat siswa untuk belajar yang pada gilirannya dapat meningkatkan motivasi belajar.
  • Membangkitkan minat siswa
Beberapa cara yang dapat dilakukan minat belajar siswa di antaranya :
-          Hubungan bahan pelajaran yang akan di ajarkan dengan kebutuhan siswa
-          Sesuaikan materi pelajaran dengan tingkat pengalaman dan kemampuan siswa
-          Gunakan berbagai model dan strategi pembelajaran secara bervariasi.
  • Ciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar.
Siswa hanya mungkin dapat belajar dengan baik, manakala ada dalam suasana yang menyenangkan, merasa aman bebas dari rasa takut.
  • Berilah pujian yang wajar terhadap setiap keberhasilan siswa.
Motivasi akan tumbuh manakala siswa merasa dihargai. Memberikan pujian yang wajar merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memberikan penghargaan.
  • Berikan Penilaian
Banyak siswa yang belajar karena ingin memperoleh nilai bagus. Untuk itu mereka belajar dengan giat. Bagi sebagian siswa nilai dapat menjadi motivasi yang kuat untuk belajar.
Sementara itu menurut Muhtar (1992), guru juga berperan sebagai :
a)    Fasilitator perkembangan siswa
Kemampuan dan potensi yang dimiliki siswa tidak mungkin dapat berkembang dengan baik apabila tidak mendapat rangsangan dari lingkungannya. Dalam suasana sekolah, guru diharapkan dengan siswa secara individual telah mempunyai kemampuan dan potensi itu. Dengan kata lain mempunyai peranan sebagai fasilitator dalam mengantarkan siswa ke arah hasil pendidikan yang tinggi mutunya.
b)    Agen pembaharuan
Kehidupan manusia merupakan serangkaian perubahan-perubahan yang nyata. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada era globalisasi ini mengalami kepesatan yang melangit. Dalam hal ini, guru dituntut untuk tanggap terhadap perubahan dan dituntut untuk bertugas sebagai agen pembaharuan dan mampu menularkan kreatifitas dan kesiapan mental siswa.
c)    Pengelola kegiatan proses belajar mengajar
Guru dalam hal ini bertugas mengarahkan kegiatan belajar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu dalam menyajikan materi pelajarannya. Guru berperan dan bertugas sebagai pengelola proses belajar mengajar.
d) Pengganti orang tua di sekolah
Guru dalam hal ini harus dapat menggantikan orang tua siswa apabila siswa sedang berada di sekolah. Dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengganti orang tua, guru-guru harus mampu menghayati hubungan kasih sayang seorang bapak atau seorang ibu terhadap anaknya. Oleh karena itu, guru mampu mengenal suasana siswa di rumah atau dalam keluarganya.
Sementara itu materi kuliah Sosiologi dan antropologi oleh Prof. Dr H. Wahyu, Ms disebutkan tentang peranan guru sebagai berikut :
1.      Peran guru sebagai pendidik
2.      Peran guru sebagai model atau contoh bagi anak
3.      Peran guru sebagai pengajar dan pembimbing dalam pengalaman belajar
4.      Peran guru sebagai pelajar (leaner)
5.      Peran guru sebagai komunikator pembangunan masyarakat
6.      Guru sebagai administrator
7.      Peran guru dalam proses belajar mengajar sebagai demontrator
8.      Guru sebagai pengelola kelas (learning Manger)
9.      Guru sebagai mediator dan fasilitator.
10.  Peran guru dalam pengadministrasian (wahyu, 2012: 75-78)
Sementara itu guru mempunyai fungsi, sebagai mana disebutkan oleh Syaiful Bahri Djamarah sebagai berikut :
1. Inisiator
2.Korektor
3.inspirator
4.Informator
5.Mediator
6. Demonstrator
7.Motivator
8.Pembimbing
9.Fasilitator
10.  Organisator
11.  Evaluator
12.  Pengelola kelas
13.  Supevisor.  (Syaiful Bahri Djamarah, 2000 : 43-48)


D.  Peranan Guru dalam Masyarakat
Peranan guru dalam masyarakat tergantung pada gambaran masyarakat tentang kedudukan guru dan status sosialnya di masyarakat. Kedudukan sosial guru berbeda di negara satu dengan negara lain dan dari satu zaman ke zaman lain pula. Di negara-negara maju biasanya guru di tempatkan pada posisi sosial yang tinggi atas peranan-peranannya yang penting dalam proses mencerdaskan bangsa. Namun keadaan ini akan jarang kita temui di negara-negara berkembang seperti Indonesia.
Sebenarnya peranan itu juga tidak terlepas dari kualitas pribadi guru yang bersangkutan serta kompetensi mereka dalam bekerja. Pada masyarakat yang paling menghargai guru pun akan sangat sulit untuk berperan banyak dan mendapatkan kedudukan sosial yang tinggi jika seorang guru tidak memiliki kecakapan dan kompetensi di bidangnya. Ia akan tersisih dari persaingan dengan guru-guru lainnya. Apalagi guru-guru yang tidak bisa memberikan keteladanan bagi para muridnya, sudah barang tentu ia justru menjadi bahan pembicaraan orang banyak. Jika dihadapan para muridnya seorang guru harus bisa menjadi teladan, ia pun dituntut hal yang sama di dalam berinteraksi dengan masyarakat sekitar. Kenapa demikian ? Karena hal tersebut sesuai pula dengan kedudukan mereka sebagai agent of change yang berperan sebagai inovator, motivator dan fasilitator terhadap kemajuan serta pembaharuan.
Dalam masyarakat, guru adalah sebagai pemimpin yang menjadi panutan atau teladan serta contoh (reference) bagi masyarakat sekitar. Mereka adalah pemegang norma dan nilai-nilai yang harus dijaga dan dilaksanakan. Ini dapat kita lihat bahwa betapa ucapan guru dalam masyarakat sangat berpengaruh terhadap orang lain. Ki Hajar Dewantoro menggambarkan peran guru sebagai stake holder atau tokoh panutan dengan ungkapan-ungkapan Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madya Mangun Karso, Tut Wuri Handayani.
Ing ngarsa sung tulada  : "(yang) di depan memberi teladan/contoh"
Ing madya mangun karsa : "(yang)" di tengah membangun prakarsa/ semangat"
Tut wuri handayani  : ("dari belakang mendukung"). (http://id.wikipedia.org).

Ketiga prinsip tersebut sampai sekarang masih tetap dipakai sebagai panduan dan pedoman dalam dunia pendidikan di Indonesia.
Dengan ketiga prinsip tersebut, tampak jelas bahwa guru memang sebagai “pemeran aktif”, dalam keseluruhan aktivitas masyarakat sercara holistik. Tentunya para guru harus bisa memposisikan dirinya sebagai agen yang benar-benar membangun, sebagai pelaku propaganda yang bijak dan menuju ke arah yang positif bagi perkembangan masyarakat. (T. Raka Joni, 1984).

E. Pemahaman Masyarakat Banjar Tentang Guru
            1. Masyarakat  adalah orang-orang yang hidup bersama, yang menghasilkan budaya ( Soemarjan, 1968).
Adapun unsur-unsur masyarakat sebagai berikut :
a.       Hidup bersama
b.      Bercampur untuk jangka waktu lama
c.       Mereka sadar bahwa mereka merupakan suatu kesatuan
d.      Mereka merupakan  suatu sistem hidup bersama ( Soekanto, 1982)
2. Masyarakat Banjar
            Menurut Idwar saleh yang dikutip oleh wahyu,  (2012:246), menyatakan bahwa Banjar bukanlah sebutan atau nama sebuah suku, karena bukan kesatuan etnik, maknanya suku Banjar tidak ada. Yang ada hanya\lah group atau kelompok besar yaitu, kelompok Banjar Kuala, kelompok Banjar Batang Banyu, dan Banjar Pahuluan, itulah sebabnya, Banjar bukan sebuah nama suku, tetapi nama kelompok masyarakat, yakni masyarakat Banjar.
Sementara itu J.J Rass dalam Wahyu, (20012 : 246) menyatakan bahwa Banjar adalah istilah untuk menunjukkan sekelompok orang yang tinggal di satu wilayah kampun yang dikenal sebagai Bandjarmasih, dimuara sungai Kuin.

           
Gambar kampung masyarakat Banjar Batang Banyu (di ambil dari internet http://id.wikipedia,gambar kampung masyarakat Banjar, pada hari sabtu,15 Juni 2013, pukul .23.00)
            Dari dua pendapat diatas dan juga melihat gambar kampung masyarakat Banjar Batang Banyu menunjukkan bahwa Banjar adalah satu istilah yang digunakan untuk menyebutkan sekelompok orang yang hidup dan tinggal di satu daerah atau kampung.
            Begitu juga berdasarkan analisis Wahyu ( 2012: 246) menyatakan bahwa Banjar adalah satu istilah yang digunakan untuk menunjukkan sekelompok orang yang tinggal disatu daerah, wilayah, atau kampung, bukan nama suku, sebagaimana suku-suku yang lain.
Seorang penyair yang tersohor di Kalimantan Anang Ardiansyah melukiskan sebuah lagu yang berjudul “Pembatangan”, liriknya sebagai berikut :
                Matan dihulu membawa rakit bagandingan,
 bahanyut matan di udik Barito awal hari baganti minggu,
 siang dan malam waktu hari baganti hari
 istilah urang mancari razaki kada talapas lawan gawi.
Panas hujan kada manjadi papantangan
 kada heran tatap dirasaakan
 mananjak batang sambil barame ramean
akhirnya sampai katujuan
 inilah nasib manjadi urang pambatangan
 lamun nasib sudah ditantu akan insyaAllah ada harapan
            Menurut Wahyu  masyarakat Banjar yang dikenal relegius harus terus dipupuk. Artifak utama seribu Masjid dan langgar, sejumlah pesantren dan madrasah menjadi sarana utama pengembangan budaya spiritual. Ini harus dipertahankan tetapi tentu saja melalui modifikasi dan rekonstruksi sehingga mampu menjadi penyangga perkembangan budaya masyarakat di era kontemporer ini (2012, :2467)
3.  Guru menurut Masyarakat Banjar
Dari hasil wawancara penulis dengan beberapa orang menyatakan bahwa Guru dalam masyarakat banjar disebut mualim, paguruan, ustad,  yang memiliki ilmu yang tinggi dan dalam pada bidang agama . persepsi mereka terhadap guru yang mengajar disekolah atau lembaga pendidikan yang sifatnya formal memang memiliki nilai positif dan terpandang apalagi pegawai negeri, namun sebagian mereka juga menyebutkan bahwa guru dalam arti pemberi ilmu dalam suatu majelis taklim justru lebih mempunyai nilai positif dan kharismatik yang luar biasa dimata masyarakat Banjar. Misalnya Tuan Guru Zaini Gani (guru Ijai Martapura), Tuan guru KH Ahmad Bakri (guru Bakri Gambut), KH. Guru Juhdi  Banjarmasin, memiliki jamaah yang begitu banyak ratusan bahkan ribuan jamaah yang selalu hadir dalam setiap pengajian dilaksanakan.
Menurut hasil perkuliahan penulis ada informasi yang dinyatakan oleh Prof. Dr.H. Wahyu, Ms,  Bahwa  menurut masyarakat banjar guru swasta ( nonformal) lebih mempunyai wibawa daripada guru formal  atau pegawai negeri.
Dengan demikian ada benang merahnya bahwa pemahaman masyarakat banjar tentang guru ada perbedaan pandangan. Namun demikian menurut hemat penulis bahwa guru itu dalam arti digugu dan di tiru ( di dengarkan dan di  ikuti ) karena memang guru itulah yang merupakan jiwa suatu negara , dengan adanya guru masyarakat akan mendapatkan ilmu, baik ilmu dunia maupun ilmu akhirat, selama guru itu mengamalkan ajaran agama dan mengikuti sunnah Nabi Saw.
Sebuah  lagu :
 Hymne Guru :

Terpujilah wahai engkau ibu bapa guru
Namamu akan selalu hidup dalam sanubariku,
semua baktimu akan ku ukir di dalam hati ku
sebagai prasasti trimakasihku tuk pengabdianmu
Engkau sebagai pelita dalam kegelapan
Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan
Engkau patriot pahlawan bangsa tanpa tanda jasa.

Dari lagu diatas jelaslah bahwa guru adalah pahlawan dalam memberantas kejahilan dan kebodohan.
Trimakasih guru ku
Semoga ilmu yang kau berikan berguna untuk semua....

 F.  Kesimpulan
Dari uraian  di atas, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut
1.         Kedudukan sebagai guru dapat dipandang sebagai yang tinggi atau rendah, tergantung di mana ia berada pada tempat dan kondisinya.
2.         Guru tidak hanya memiliki satu peran saja, akan tetapi ia bisa berperan sebagai seorang dewasa, sebagai seorang pengajar, sebagai seorang pendidik, sebagai pemberi contoh dan sebagainya bagi anak-anak didiknya dan bagi masyarakat di sekitarnya.
3.         Peranan guru terhadap murid-muridnya merupakan peran vital dari sekian banyak peran yang harus ia jalani. Hal ini dikarenakan komunitas utama yang menjadi wilayah tugas guru adalah di dalam kelas untuk memberikan keteladanan, pengalaman serta ilmu pengetahuan kepada mereka.
4.         Dalam masyarakat, guru adalah sebagai pemimpin yang menjadi panutan atau  teladan serta contoh (reference) bagi masyarakat sekitar. Mereka adalah pemegang norma dan nilai-nilai yang harus dijaga dan dilaksanakan.
5.  Bahwa  menurut masyarakat banjar guru swasta (guru majelis taklim, nonformal)
     lebih mempunyai   wibawa  dan kharismatik dimata masyarakatdaripada guru  
     pegawai negeri  (formal).

2 komentar:

  1. Terimakasih atas info nya yang penting dan menambah wawasan ilmu says

    BalasHapus
  2. Terimakasih atas info nya yang penting dan menambah wawasan ilmu says

    BalasHapus